Sunday, February 2, 2014

(Tidak) Ada Cinta Terlambat


(Tidak) Ada Cinta Terlambat
#part 1

            Aku hanya bisa menatap diriku dari cermin. Berdiri tegak. Apa yang terjadi denganku? tanyaku dalam hati. Seharusnya, tak perlu, bahkan tak pantas aku merasakan ini. Seolah seperti remaja saja yang baru merasakan jatuh cinta.
            Teringat wajahnya, terngiang suaranya hingga sekarang, bahkan bayangan masa lalu ketika bersamanya sewaktu sekolah dulu, sepuluh tahun lalu.
            Lalu, kudekatkan lagi wajahku di cermin. Kugelembungkan wajahku, sekadar memastikan apa yang dikatakannya kemarin, saat pertama kalinya kami berdua bertemu lagi setelah sekian lama tak bersua.
            “Kamu gemuk,” ujarnya. “Tapi, kamu semakin cantik dengan jilbab itu,” bisiknya saat dia berada di sampingku.
            Ya, seperti benar katamu, aku gemuk, gumamku dalam hati sambil melihat pipiku yang agak chubby.
            Tetiba ponselku yang berada di tempat tidur berbunyi. Ada SMS. Kulihat nama si pengirim SMS. Amir. Ya, dia adalah tunanganku.
            10 mnt lagi aku sampai, begitulah isi SMS-nya. Aku pun hanya membalas Ya.
            Setelah itu, aku kembali menatap diriku di cermin. Entah ini halusinasiku atau bukan. Dari cermin, terlihat jelas di belakangku ada sosok dia. Ya, pria berpostur tinggi tegap dengan tinggi 170-an sentimeter, berkulit putih, berkaca mata, berkemeja garis abu-abu, pun rambutnya tersisir rapi. Persis saat kulihat dia kemarin.
            Spontan aku membalikkan badanku. Namun, ternyata dia tak ada. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Bodoh! Kataku dalam hati.
            Aku kembali ke cermin, memperbaiki jilbab yang kukenakan saat ini, merah hati dengan motif bunga-bunga. Sebentar lagi tunanganku datang dan kami hendak ke tempat katering, undangan, dan tenda demi memastikan persiapan untuk pernikahan kami nanti, bulan depan.
            Akan tetapi, entah mengapa bayangan akan pria itu selalu saja muncul dalam pikiranku. Apa maksud semua ini? Ini godaan atau cobaan? Ya Allah, kuatkan aku, tolong jaga hatiku agar tak berpindah ke lain. Bulan depan aku menikah. Ya, aku akan menikah dengan pria yang memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya, calon ibu bagi anak-anak kami kelak.
            Saat akan memperbaiki bros jilbab, aku pun melihat cincin emas kuning bermata yang kupakai di jari manis tangan kiriku. Tidak, aku harus bisa menjaga ini. Aku pasti bisa. Kukuatkan niatku seraya berharap bahwa secepatnya aku bisa melupakan dirinya, menghapus bayangannya dari pikiranku, serta sejenak “tuli” agar suara dan kata-katanya tak terngiang di telingaku. Aku pun meyakinkan diri sekuat mungkin bahwa Amir-lah yang akan menjadi imamku nanti.

Pejaten, 3 Februari'14
14.15WIB

2 comments:

  1. wew, cobaan jelang pernikahan. udah enak bacanya, tapi tak perlu penjelasan "tanyaku dalam hati" karena sejatinya dia sedang berbicara dg dirinya sendiri. udah bagus yass lanjutkan. Penggambaran tokoh laki-laki sudah baik :)

    ReplyDelete
  2. Nanti tokoh laki-laki pas "session" berikutnya, ya... :)

    ReplyDelete